Jumat, 22 Maret 2013

Klimakterium



KLIMAKTERIUM
Ns. Sri Utami, M. Biomed

A. Pengertian
·         Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
·         Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
Masa-masa klimakterium :
  1. Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.
  2. Menopause adalah henti haid seorang wanita.
  3. Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.

B. Etiologi
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun.
Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik.
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid.

C. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.

D. Manifestasi Klinik
  1. Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.
  2. Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
  3. Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur.
  4. Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan libido.

E. Syarat minimal sebelum pemberian estrogen pada terapi sulih hormon:
1. Tekanan darah tidak boleh tinggi.
2. Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
3. Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ).
4. Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
5. Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
6. Kelenjar tiroid normal.
7. Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
8. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih
    dahulu ke spesialis penyakit dalam.

F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus mencakup hal-hal yang penting seperti :
  1. Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan sebanyak 2,5 cm atau lebih. Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan untuk mendiskusikan postur, pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis.
  2. Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat.
  3. Mulut, gigi dan gusi.
  4. Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan ; spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita paska menopause.
  5. Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan fisura-fisura.




G. Penatalaksanaan
Pengobatan klimakterium
  1. Penatalaksanaan umum
Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali menolong.
  1. Pengobatan hormonal
Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko.
Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis, penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik.
Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
Pengobatan terpilih untuk vaginitis atrofikans adalah estrogen lokal dalam bentuk krim vaginal (misalnya Ovestin), yang diserap dengan baik ke dalam mukosa vagina. Pemakaian harian perlu diberikan untuk 1-2 minggu, kemudian 3 kali seminggu lazimnya cukup untuk dosis pemeliharaan.
Pengobatan sistemik secara oral atau secara lain biasanya dimulai serentak. Pengobatan vaginal lokal terkadang dapat dihentikan setelah beberapa bulan, atau pengobatan krim vaginal mungkin dibutuhkan selain estrogen sistemik. Gejala iritatif cepat mereda dengan krim vaginal tetapi pemulihan aliran darah vaginal yang normal membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Lebih jauh, epitel vulva juga menjadi tipis dan dapat teriritasi atau mudah terinfeksi. Keadaan ini umumnya menunjukkan respons terhadap pemakaian krim estrogen vaginal, tetapi krim testosteron 1-2% mungkin diperlukan untuk kraurosis vulva atau kondisi vulva atrofik atau leukoplakik lain. Gatal (pruritus) vulva terkadang membutuhkan krim hidrokortison 1% atau krim kortikosteroid lain untuk memulihkan sebagai tambahan bagi krim estrogen atau testosteron.
Keutuhan mukosa traktus urinarius bawah bergantung pada estrogen. Oleh karena itu defisiensi estrogen dapat menghasilkan gejala-gejala iritatif, seperti: nyeri berkemih (disuria), rasa terbakar ketika berkemih, radang kandung kemih (sistitis), karunkula uretra, dan uretritis nir-gonokokus. Keadaan ini berespons paling baik terhadap pemakaian lokal krim estrogen vaginal serentak dengan pemulaan pengobatan estrogen oral.

H. Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium
  1. Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan cukup serat ).
  2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen :
a. Isoflavon, terdapat pada kacang-kacangan,
b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran,
c. Caumestran ; terdapat pada daun semanggi.
Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan.
  1. Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.
  2. Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).


I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
   a. Identitas
  1. Pada masa klimakterium dimana masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
  2. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
  3. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
  4. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur.
  5. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
  6. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.

b. Keluhan utama:
  • Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.
  • Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
  • Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur.
  • Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan libido.

c. Riwayat penyakit dahulu
·   Diabetes melitus
·   Hipertensi
·   Adipositas
·   Anovulasi
·   Infertilitas
·   Perokok
·   Alkoholisme
·   Hiperlipidemia.

d. Riwayat penyakit sekarang
    Merupakan penjelasan dari keluhan utama
e. Riwayat keluarga
·   Hipertensi
·   Diabetes melitus
      Pemahaman pasien mengenai kondisi harus digali untuk mengidentifikasi gangguan masa
      klimakterium

2. Diagnosa Keperawatan
·      Cemas berhubungan dengan keadaan sulit tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di
    tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot.
·      Gangguan pola tidur berhubungan dengan pengeluaran keringat pada malam hari yang
berlebihan sehingga menimbulkan lelah dan kesukaran bangun pagi
·      Nyeri vagina (dispareunia) berhubungan dengan penipisan epitel dan pengurangan
kelenturan vagina.
·      Ketidak stabilan emosi berhubungan dengan perangai mudah tersinggung
·      Kurang percaya diri berhubungan dengan gugup dan perasaan tidak diperlukan.



3. Intervensi Keperawatan
    Diagnosa I
Cemas berhubungan dengan keadaan sulit tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di
tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot.

Diagnosa keperawatan
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Cemas berhubungan dengan keadaan sulit tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di
tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  cemas klien berkurang dengan kriteria evaluasi:
·      Klien melaporkan rasa cemas berkurang
·      Klien mampu beristirahat dengan cukup
·      Ekspresi wajah klien rileks

1.    Kaji cemas, intensitas cemas (ringan, sedang berat)
2.    Berikan penyuluhan dan ajarkan cara menurunkan cemas (berdzikir, dan menerima keadaan )
3.    Anjurkan klien untuk banyak minum air putih.


Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi.
Membantu mengurangi cemas dan meningkatkan kenyamanan klien.

Menurunkan tingkat kecemasan.
Meningkatkan kenyamanan klien.

.
   


Daftar Pustaka
  1. Wiknjosatro, Hanifa, Prof, dr, DSOG. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  2. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  3. Varney, Helen; Kriebs, Jan M; Gegor, Carolyn L. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC


2 komentar: